Sungkeman
Tradisi "SUNGKEMAN",
Wahana mempererat ukhuwah dan silaturahmi.
Di negeri nusantara ini "Indonesia Raya" telah berakar kuat dan menjadi budaya yang diagungkan oleh segenap suku dan daerah diwilayah Negara kesatuan Republik Indonesia adalah "SUNGKEMAN" atau bersalaman atau berjabattangan untuk saling memaafkan antara anak dengan orangtua, dan sebaliknya orangtua menerima "sungkem" dari anaknya untuk memaafkan dan mendoakan sang anak agar kelak menjadi orang yang sholeh, berbudi luhur, sehat jasmani-rohani, sukses dalam karir dan sebagainya. Sungkeman dilaksanakan pada saat merayakan Hari Raya Idul Fitri setiap tahunnya.
Pada awalnya istilah "sungkeman" dari kata dasar "sungkem" sendiri berasal dari suku Jawa yang berarti menjabattangan dan mencium tangan sebagai tanda penghormatan sang anak atau orang yang lebih muda kepada orangtua atau orang yang lebih tua dalam silsilah keluarga.
Makna dari sungkeman antara lain :
- Penghormatan, tanda bakti dan tanda kasih anak kepada orangtua atau orang yang lebih tua;
- Mediasi keluarga saling bertemu dan kenal satu dengan lainnya, menjalin hubungan keluarga yang harmonis tanpa memandang kondisi sosial dan status masing-masing keluarga;
- Menyatukan dan membahagiakan keluarga, sanak saudara dan handai-tolan yang tak pernah bertemu atau jarang bertemu muka dalam suatu acara kumpul keluarga besar yang disebut "trah" (silsilah keluarga besar);
- Memberikan makna Hari Raya Idul Fitri (hari besar keagamaan Islam) ibadah silaturahmi yang dilakukan usai melaksanakan rukun Islam yang ketiga yaitu Puasa Bulan Ramadhan.
- Hakikat Sungkeman, yang terbesar adalah melaksanakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW bahwa :
- apabila dua insan manusia yang berjabat tangan dan saling memaafkan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kedua insan tersebut bahkan sebelum keduanya saling melepastangan;
- apabila seorang anak meminta maaf kemudian orangtua meridhoinya, maka Allah akan meridhoi sang anak dan segala rahmat Allah akan diturunkan.
Bagaimanakah lafal sungkem sang anak kepada orangtuanya ?
"Kepareng matur dumateng Bapa/Ibu, Ayah/Ibu, Papa/Mama, Abi/Ummi,...
Sepindah, Kula ngaturaken sugeng riyadi, taqobbalallaahu minna waminkum, kula nyuwun pangapunten sedaya kalepatan kula ingkang dipun sengaja utawi mboten dipun sengaja.
Sepindah, Kula ngaturaken sugeng riyadi, taqobbalallaahu minna waminkum, kula nyuwun pangapunten sedaya kalepatan kula ingkang dipun sengaja utawi mboten dipun sengaja.
Kaping kalih, Kula nyuwun dateng Allahu Subhanallahu Wa Ta'alaa mugi-mugi Bapa/Ibu, Ayah/Ibu, Papa/Mama, Abi/Ummi..., dipun paringi sehat lan panjang yuswo.
Selajengipun, Kula nyuwun dunga pangestunipun, mugi-mugi Kula dados lare ingkang shaleh, pinter lan migunani kagem agama, bangsa lan negari. Amin"
Artinya :
Izinkan menyampaikan/mengucapkan kepada Bapak/Ibu ,..
Pertama,
Saya menyampaikan selamat hari raya, taqobalallaahu minna waminkum, Saya minta maaf (mohon ampun) atas segala kesalahan saya yang disengaja atau tidak disengaja.
Kedua,
Saya minta (doa) kepada Allah subhanallaahu wata'alaa, semoga Bapak/Ibu diberikan kesehatan dan umur yang panjang.
Selanjutnya,
Saya mohon doa restu (kepada Bapak/Ibu), semoga Saya menjadi anak yang shaleh, pandai dan berguna bagi agama, bangsa dan negara. Amin.
Lafal diatas adalah contoh sederhana yang lazim dipakai oleh masyarakat Jogja yang diperbarui dengan hakikat Islam sebagai tuntunan. Pada tingkat yang lebih hikmat lagi kata "Kula" (Saya) dapat dijamakkan dengan "Kula sak kaluwarga" (Saya beserta keluarga). Dan doa untuk orang tua dapat ditambahkan, divariasikan sesuai keinginan dan sebagainya.
Maka, kemudian orangtua menerima dan membalas permintaan maaf serta mendoakan sesuai keinginan sang anak atau lebih baik dari itu.
Sedangkan asma "Allaah" disebut secara tegas sebagai wujud sisipan akidah Islam yang dipadukan dengan adat istiadat, dimana sebelumnya hanya menyebut nama "Pangeran" (Tuhan) dan digunakan secara umum semua latar belakang religi dan konon adat tersebut pengaruh adat Hindu di Tanah Jawa.
Hingga kini tradisi Sungkeman masih hidup abadi didalam jiwa masyarakat
Indonesia dan nampak terwujud dalam nuansa "pulang kampung" atau
"mudik"(kembali ke udik atau ke kampung) setiap tahun.Maka, kemudian orangtua menerima dan membalas permintaan maaf serta mendoakan sesuai keinginan sang anak atau lebih baik dari itu.
Sedangkan asma "Allaah" disebut secara tegas sebagai wujud sisipan akidah Islam yang dipadukan dengan adat istiadat, dimana sebelumnya hanya menyebut nama "Pangeran" (Tuhan) dan digunakan secara umum semua latar belakang religi dan konon adat tersebut pengaruh adat Hindu di Tanah Jawa.
Pada masa kini, mungkin banyak keluarga yang telah meninggalkan tradisi Sungkeman ini. Namun tak sedikit pula keluarga yang kembali menggali dan melestarikan budaya leluhur yang sangat indah dan bernuansa religius.
-----
Angpao
Dalam tradisi lebaran di Nusantara ini, sesungguhnya tidak dikenal istilah angpao atau pembagian hadiah uang. Namun kenyataannya, banyak masyarakat Indonesia yang melaksanakan tradisi pemberian hadiah berupa uang pecahan dalam berbagai nilai nominal.
Menurut bahasa, angpau (angpao) adalah amplop berwarna merah yang didalamnya berisi lebar-lembar uang sebagai hadiah kepada seseorang dalam menyambut perayaan hari raya Imlek atau dalam suatu perhelatan keluarga bagi masyarakat Tionghoa/ China.
Konon, dahulu di masyarakat Indonesia (lebih khusus masyarakat Jawa), pemberian uang / angpao dianggap sebagai hal yang tabu dan riya' (pamer) serta dianggap menghambur-hamburkan uang. Sesuai perkembangan zaman, maka anggapan tersebut mulai luntur seiring dengan makin meningkatnya taraf hidup masyarakat Indonesia. Kini dalam tradisi Lebaran telah pula marak adanya pemberian angpao kepada anggota keluarga atau anak-anak.
Adapun angpao pada Lebaran tersebut sedikit berbeda dengan angpao yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa/China. Angpao pada tradisi Lebaran umumnya diberikan tanpa menggunakan amplop merah bahkan secara vulgar menampakkan warna dan nilai nominal uang yang diberikan. Tidak bermaksud pamer, namun hal ini lebih dikarenakan anak-anak lebih senang menerima uang tersebut dengan variasi nilai nominal dan tidak peduli seberapa besar uang yang akan mereka terima. Biasanya yang lebih disukai adalah jenis uang kertas yang baru. Hal ini membuktikan bahwa setiap tahun, peminat penukaran uang kertas baru untuk konsumsi lebaran di Bank Indonesia makin meningkat.
Sekarang angpao telah menjadi bagian dari tradisi lebaran. Sehingga perlu kembali diluruskan tentang bagaimana mensikapi angpao itu sebagai sesuatu bagian yang positif yang tidak ada salahnya untuk dilakukan. Makna dari angpao tersebut dapat kita garis bawahi sebagai berikut :
Sekarang angpao telah menjadi bagian dari tradisi lebaran. Sehingga perlu kembali diluruskan tentang bagaimana mensikapi angpao itu sebagai sesuatu bagian yang positif yang tidak ada salahnya untuk dilakukan. Makna dari angpao tersebut dapat kita garis bawahi sebagai berikut :
- angpao adalah wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha pemurah atas limpahan rizki yang telah dinikmati selama setahun dan dibagikan dalam rangka bersedekah;
- angpao adalah bentuk tali asih antara orangtua kepada anak-anak atau antara anggota keluarga satu kepada anggota keluarga lainnya;
- angpao dapat dinilai sebagai ibadah apabila dilakukan dengan tulus tanpa ada rasa riya' (pamer) atau rasa ingin merendahkan keluarga lainnya.
(c)www.jogjaloveJogja.blogspot.com
Komentar