Roro Jonggrang

Candi Roro Jonggrang, sebuah legenda Putri Kasep di Prambanan.

Pada candi Prambanan, terdapat legenda yang dianggap sejarah oleh masyarakat Java, sehingga hal ini sangat diyakini kebenarannya . Legenda tersebut menceritakan perihal keberadaan seorang putri bernama Roro Jonggrang. Nama Roro adalah sebutan bagi seorang gadis dari keturunan raja atau berarti " putri ningrat ". Putri Jonggrang (Roro Jonggrang)  adalah salah satu dari sekian banyak putri dari Raja Boko.  [Jejak kerajaan Boko ini terdapat di bukit Boko yang berjarak 2 km di selatan kawasan candi Prambanan].
 
Cerita legenda Roro Jonggrang dan Putri Kasep (Perawan Tua/ Gadis Yang Tak Pernah Menikah). 
 !! ini adalah salah satu versi legenda, diantara versi-versi lainnya !!
Konon, sekitar abad ke-9 masehi yaitu pada masa Kerajaan Mataram kuno, terdapat dua kerajaan besar di tanah Jawa. Dua kerajaan itu adalah Kerajaan Boko dengan istananya yang megah (disebut Kraton Boko) dan Kerajaan Pengging.
Kerajaan Pengging adalah kerajaan yang subur dan makmur yang dipimpin oleh Prabu Damar Moyo (Prabu adalah sebutan penghormatan untuk seorang Raja) dan beliau memiliki seorang anak bernama Bandung Bondowoso. Sedangkan Kerajaan Boko adalah kerajaan yang berada di perbukitan yang kurang subur dan dipimpin oleh Prabu Boko (konon, ia adalah seorang raja dari kalangan raksasa dan gemar memakan daging manusia/ kanibal).
Pada masa itu adalah masa berakhirnya kerajaan Boko, dimana Raja Boko telah kalah perang dalam sebuah peperangan melawan kerajaan Pengging yang dipimpin langsung oleh seorang pangeran bernama Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso bukan pemuda sembarangan. Ia dikenal sebagai ksatria yang kuat tiada tandingannya dan memiliki pasukan yang banyak dari golongan manusia maupun golongan jin.  

Singkat cerita ketika Kerajaan Boko berhasil ditaklukkan, Bandung Bondowoso beserta bala tentaranya yang hendak menduduki Kraton Boko (Istana Boko) ternyata bertemu dengan seorang Putri Boko (Putri Raja Boko) yang bernama Roro Jonggrang dan kemudian jatuh cinta kepada sang putri Raja Boko ini. [ Diketahui bahwa Raja Boko saat itu yang telah kalah perang dan tewas di medan laga ].
Dengan keluhuran adat istiadat Hindu pada masa itu masih sangat menjunjung tinggi martabat seorang putri raja atau karena ketulusan hati seorang Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang dan ingin mempersunting nya untuk menjadi istri tanpa paksaan, maka Bandung Bondowoso  tidak memaksa atau membawanya sebagai istri rampasan perang seperti layaknya sebagai putri raja rampasan perang yang dapat diperlakukan apapun. Dengan demikian, walaupun kerajaan Boko telah ditaklukkan, Bandung Bondowoso masih menghormatinya sebagai putri raja dan mencoba menyatakan perasaannya dan melamarnya untuk bersedia menjadi isteri.
Roro Jonggrang yang tak pernah mencintai pria yang merupakan musuh kerajaan dan bahkan telah membunuh ayahnya, maka Roro Jonggrang menyatakan menerima lamaran Bandung Bondowoso dengan syarat-syarat yang mustahil dikerjakan oleh seorang manusia, bahkan hingga jaman modern ini pun tak mungkin dapat dikerjakan. Syarat pertama adalah membuat sumur yang sangat dalam yang kemudian kini diberi nama Sumur Jalatunda dan belum menyebutkan syarat kedua, karena ini adalah tipu muslihat. Dengan kesaktian dan bantuan tentara-tentara manusia dan jin, selesailah pembuatan sumur yang sangat dalam dan lebar yang mana manusia tak akan dapat keluar bila telah terperosok kedalamnya. Kemudian dengan bangga Bandung Bondowongso menunjukkan kepada Roro Jonggrang. Roro Jonggrang memang sejak semula berniat menipu, maka dengan berdalih rasa tidak percaya bahwa sumur itu sangat dalam dan manusia yang terperosok tidak bisa keluar, maka ia menyuruh Bandung Bondowoso masuk dan membuktikan. Bandung Bondowoso yang sakti ternyata sangat polos karena dibutakan oleh rasa cinta yang dalam. Ia pun terjun masuk kedalam sumur terdalam tersebut. Roro Jonggrang beserta pengikut setianya melihat itu, segera menutup bagian atas sumur dengan menimbun bebatuan dan tanah sumur hingga pemuda itu terkubur. Ternyata perhitungan Roro Jonggrang salah dan terkejut bahwa tak lama setelah ditinggalkan, Bandung Bondowoso berhasil keluar dengan kekuatan dan bantuan tentara jin yang setia. Kemudian Bandung Bondowoso menyusul Roro Jonggrang di Kraton Boko dengan marah besar dan hendak menghancurkan sisa-sisa kerajaan tersebut. Tetapi, kembali Bandung Bondowoso terbuai oleh bujuk rayu dan permintaan menghiba dari sang Putri Raja tersebut yang mengajukan syarat kedua.
Sedangkan syarat kedua adalah Bandung Bondowoso harus membuatkan bangunan pemujaan yang disebut candi yang lengkap dengan arca sebanyak 1000 buah dan harus dapat selesai dalam waktu satu malam saja (sejak matahari terbenam hingga terbit fajar di ufuk timur). Demi cintanya yang sangat dalam dan tulus, Bandung Bondowoso menerima tantangan dan segera melakukannya dan dibantu lagi oleh bala tentara nya yang setia. Pada detik-detik akan selesainya pembangunan, ia tak menyadari bahwa sang putri kembali melakukan tipu muslihatnya. Roro Jonggrang memerintahkan para putri raja, dayang-dayang (pembantu istana) dan seluruh gadis desa yang masih perawan untuk menumbuk padi dan membuat api besar dari jerami di wilayah timur agar terbentuk suasana seperti rona pagi hari. Dengan demikian maka pasukan jin yang sedang membangun candi terakhir terkejut dan berlarian karena hari telah fajar dan akan terbit matahari. Bandung Bondowoso yang tidak menyadari bahwa bangunannya masih belum lengkap, menunjukkan kepada sang putri Roro Jonggrang. Setelah dibuktikan dengan dihitung ternyata kurang satu arca, maka Roro Jonggrang menyatakan Bandung Bondowoso gagal. Bandung Bondowoso yang merasa dicurangi dan ternyata hanya terdapat 999 arca itu langsung marah. Akhirnya dengan kesaktiannya ia mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca yang keseribu melengkapi sekian banyak arca dari seribu candi tersebut dan mengutuk para gadis perawan pembantunya agar menjadi perawan kasep (gadis-gadis perawan yang tak pernah dapat menikah atau gadis-gadis pemuja altar yang tak boleh menikah). Hal inilah yang kemudian muncul mitos di kalangan masyarakat Jawa yang melarang setiap gadis berkunjung ke candi Prambanan bilamana mereka sedang berpacaran, karena dipercaya bahwa hubungan mereka akan putus atau tidak abadi.
Demikian sebagian legenda Roro Jonggrang.
Catatan Penulis.:
  • Berdasarkan catatan arkheologi, bahwa candi Prambanan sebagai prasasti legenda Roro Jonggrang adalah dibangun pada sekitar abad ke-9. Ada dua versi legenda Roro Jonggrang mengenai asal mula berdirinya Candi-candi Prambanan dan Candi Sewu. 
  • Perlu diketahui bahwa di kawasan candi Prambanan terdapat beberapa kapling candi-candi. Yaitu: Candi Prambanan (Candi Siwa, Candi Brahma, Candi Whisnu), Candi Bubrah (Candi Rusak), Candi Lumbung (Candi Bekal), dan Candi Sewu (Candi Roro Jonggrang) pada bagian paling belakang atau utara candi-candi yang lain. Namun dalam perkembangannya, masyarakat lebih mengenal Candi Prambanan itulah sebagai Candi Roro Jonggrang. Candi Prambanan yang dikenal sebagai Candi Roro Jonggrang tersebut adalah kapling utama candi-candi yang tampak paling megah dan merupakan bangunan-bangunan utama untuk pemujaan pada dewa-dewa Hindu. Didalam kapling candinya terdapat candi-candi pada  lainnya adalah candi pendukung yang dinamakan Candi Apit umumnya menunjukkan tanda arah masuk dan arah menghadap serta sebagai tempatmeletakkan sesaji atau persembahan rutin selain persembahan utama. Sesaji utama diletakkan pada candi utama.
  • Konon  lokasi berdirinya kawasan candi-candi Prambanan yang kita ketahui sekarang ini adalah berada pada kawasan komersil dan cukup ramai pada masa itu. Pulau Jawa dikuasai oleh dua kerajaan besar yang menganut agama Hindu dipimpin Raja Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dan agama Budha Raja Samaratungga dari Dinasti Sailendra. Dinasti Sailendra inilah konon adalah kerajaan yang paling berkuasa. Dan legenda Roro Jonggrang diyakini sebagai era berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Sailendra.
  • Pada versi lain (mungkin versi ilmiah) diyakini  bahwa legenda ini semata-mata cerita rakyat yang dimunculkan pada masa Kesultanan Mataram (Mataram Baru) dan terinspirasi oleh kejayaan dan persaudaraan dua kerajaan besar di Tanah Jawa yang berkuasa saat itu. Raja Boko (orang Jawa menyebutnya Ratu Boko) terinspirasi dari Raja Samaratungga dari Dinasti Sailendra, sedangkan Bandung Bondowoso terinspirasi dari Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dimana Rakai Pikatan beristeri Putri Pramodha wardhani (Adik Prabu Samaratungga). Sementara peristiwa peperangan tersebut  adalah perang perebutan kekuasaan. Saat itu yang berkuasa adalah dari Dinasti Sailendera (Prabu Samaratungga) dan telah bertindak sewenang-wenang sehingga terjadi pemberontakan dari Prabu Rakai Pikatan yang didukung isteri nya (Pramodhawardhani). Sementara kompleks Candi-candi Prambanan adalah pusat peradaban dan komunitas Hindu yang didominasi Dinasti Sanjaya. Disamping itu pusat peradaban Budha yang didominasi Dinasti Sailendra berada di kompleks candi-candi Borobudur.
Dihimpun dari berbagai sumber

Komentar

Postingan Populer