Eksotisnya Candi Ijo, di Prambanan


Sudut candi, saat senja hari.

Candi yang eksotis karena lokasi dipuncak perbukitan ini, dinamakan Cadi Ijo yaitu di puncak bukit "gunung Ijo", di dusun Sumberrejo, Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, kabupaten Sleman, di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.


Perbukitan ini sebenarnya juga merupakan bagian dari rangkaian Perbukitan Prambanan, bagian perbukitan bagian selatan Boko, di Prambanan. Pegunungan Seribu. Letak Candi Ijo dari Kota Yogyakarta kira-kira 17,5 kilometer. Sedangkan bila diukur dari kompleks Candi Prambanan ke arah selatan melalui jalan Piyungan-Prambanan kira-kira sejauh 3-4 kilometer kemudian belok ke arah timur sejauh kurang lebih 2 kilometer.


Stupa Candi yang diapit candi pendamping
Secara umum kompleks Candi Ijo dibagi menjadi tiga teras yang masing-masing teras diduga dipisahkan oleh pagar batu, tetapi pagar ini sekarang sudah tidak kelihatan lagi. Candi pada teras paling depan (teras pertama) berbentuk persegi dengan ukuran setiap sisinya kurang lebih 6,8 meter. Candi di teras pertama ini praktis sudah runtuh. Arah hadap candi di teras pertama ini adalah barat.

Teras kedua merupakan teras yang lebih tinggi dari teras pertama. Posisi teras kedua berada di sisi timur teras pertama. Pada teras kedua terdapat 4 buah bangunan candi yang telah hancur. Ke empat candi tersebut memiliki bentuk yang sama, berdenah persegi dengan ukuran sisi-sisinya kurang lebih 6 meter. Diduga bahwa candi-candi di teras kedua ini menghadap ke barat.


  • Pada teras ketiga (paling atas/ paling belakang) terletak candi induk. sebenarnya, ketika Candi induk ini pada saat ditemukan dalam runtuh dan baru sudah selesai dipugar Tahun 2003 sehingga nampak indah dan eksotis dengan ukuran diameter kurang lebih 13 meter. Di dalam candi induk ini terdapat yoni dengan ukuran yang relatif besar. 
  • Pada bagian bawah cerat yoni terdapat relief kura-kura di atas kepala seekor naga. Batang lingga terdapat di tengah yoni dan lingga yang merupakan simbol kebudayaan Hindu yang memuja Dewa Siwa. Yoni dan lingga ini terbuat dari batu kali dengan ukuran tidak kurang dari 100cm. Cukup besar memang. Lingga dipahat sangat halus. Bagian atas lingga telah patah tetapi sekarang sudah dalam kondisi tertambal utuh.
Diperkirakan, Candi Ijo dibangun pada masa Dinasti Sanjaya pada abad VIII-IX Masehi.

    • Candi induk memiliki satu relung pada masing-masing dinding dalamnya. Jumlah relung pada dinding dalam candi induk ini ada tiga yang dibagi lagi menjadi satu relung utama dan dua relung pengapit. 
    • Pada sisi-sisi pintu masuk candi induk terdapat dua buah relung yang mengapit pintu masuk. Di depan candi induk terdapat tiga buah candi dengan salah satu isinya berupa Arca Nandi (wahana Dewa Siwa).


    • Pada teras kedua terdapat reruntuhan bangunan yang sampai sekarang belum diketahui bentuk aslinya secara keseluruhan. Pada teras kedua ini terdapat sebuah teras yang memiliki komponen batu-batu yang menunjukkan tanda sebagai umpak.




    Sejarah Penemuan Candi Ijo.

    Candi Ijo. 
    Foto : Teras Puncak Saat Petang,
    • Candi ini ditemukan pertama kali pada tahun 1886, oleh seorang administrator pabrik gula bernama H.E.Doreepal. Ketika itu ia sedang melakukan pengamatan dalam rangka memperluas lahan untuk tanaman tebu danmenemukan Kompleks Candi Ijo. Pada saat ditemukan pertama kali Candi Ijo merupakan suatu bangunan candi yang memiliki pola halaman berteras. Posisi teras tersebut semakin ke belakang semakin tinggi. Pada teras III (teras paling belakang/teras tertinggi) terdapat bangunan candi yang merupakan bangunan induk. Setelah penemuan yang pertama itu area Candi Ijo kini termasuk objek penelitian kepurbakalaan dan kebudayaan.
       
      Candi Ijo (induk) dan
      Tiga buah candi pendamping
      yang menghadap kebarat.
    • Pada tahun 1986 pada kegiatan pra pemugaran (pada teras I) ditemukan fragmen gerabah berjumlah 180 dengan rincian: 37 fragmen badan, 10 fragmen dasar, 1 leher kendi, 2 tepian kendi, 1 cerat kendi, 5 buah fragmen kupingan, 1 fragmen bahu, 1 buah wadah nyaris utuh. Pada penggalian di teras II (terletak di sebelah barat teras I) juga ditemukan fragmen gerabah sebanyak 218 buah. Jadi, total penemuan fragmen gerabah dari teras I, II, dan III adalah 453 buah.



    Legenda Candi Ijo

    Menurut cerita tutur setempat Candi Ijo ditunggui oleh danyang yang bernama Kiai Poleng dan Nyai Poleng. Konon mereka memelihara burung merpati dan ayam dengan warna bulu wiring kuning (merah kekuningan). Pada setiap malam Jumat kedua binatang ini dibiarkan lepas ke mana-mana. Akan tetapi siapa pun yang berani mengambil kedua binatang itu mereka akan jatuh sakit dan meninggal dunia.

    Kompleks Candi Ijo adalah bangunan candi yang didirikan sebagai pusat pemujaan terhadap Dewa Siwa yang diwujudkan dalam simbol lingga dan yoni. Sedangkan temuan gerabah dan temuan lain di kompleks Candi Ijo yang demikian banyak menunjukkan bahwa telah terjadi cukup banyak kegiatan manusia di kompleks candi tersebut. Diduga kuat bahwa kegiatan atau aktivitas tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan semasa dengan Candi-candi Prambanan, Candi Keraton Boko dan Candi Borobudur.

    Sumber awal  :Dinas SPSP DIY.
    Disadur dari tulisan Sartono Kusumaningrat.
    [LR].


    Komentar

    Postingan Populer